Aliran Sungai Citarum Rajamandala


Aliran Sungai Citarum Rajamandala

Jika kita bepergian ke bagian barat Bandung, seperti ke Cianjur, Sukabumi maupun Bogor dan melewati jalan reguler bukan jalan tol, maka kita akan menemui sebuah jembatan yang begitu ikonik di Jawa Barat, bahkan jembatan ini menjadi sebuah judul lagu sunda "Sasak Rajamandala" yang diciptakan dan dinyanyikan oleh penyanyi sunda legendari Darso. Masyarakat umum, khususnya Bandung atau sunda menamakan sungai ini adalah Sungai Citarum.

Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang dan terbesar di tatar pasundan Provinsi Jawa Barat. Citarum tersusun dari dua kata yaitu "Ci" yang artinya sungai atau air dan "Tarum" yang merupakan nama tumbuhan penghasil warna nila. Dari asal usul kata ini bisa disimpulkan bahwa pada zaman dahulu banyak tumbuhan tarum di sepanjang sungai Citarum.

Panjang aliran sungai ini sekitar 300 km. Secara tradisional, hulu citarum dianggap berawal dari lereng gunung wayang, di tenggara Kota Bandung, di wilayah Desa Tarumajaya, Kertasari, Bandung. Ada tujuh mata air yang menyatu di suatu danau buatan bernama Situ Cisanti di wilayah Kabupaten Bandung, danai inilah menjadi titik 0 sungai citarum.

Namun, berbagai anak sungai dari kabupaten yang bertetangga juga menyatukan alirannya ke Citarum, seperti sungai Cikapundung dan sungai Cibeet. Aliran sungai ini kemudian mengarah ke barat, melewati Majalaya dan Dayeuhkolot, lalu berbelok kearah barat laut dan utara, menjadi perbatasan Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Bandung Barat, melewati Kabupaten Purwakarta dan terakhir Kabupaten Karawang yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi. Sungai Citarum ini bermuara di ujung Kabupaten Karawang.

Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat. Panjangnya mencapai 3.332,97 km, adapun luasnya mencapai 8.779,20 km persegi. Sungai ini menjadi sumber air minum untuk masyarakat di Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung. Sungai dengan nilai sejarah, ekonomi, dan sosial yang penting ini sejak 2007 menjadi salah satu sungai dengan tingkat pencemaran tertinggi di dunia. Jutaan orang tergantung langsung hidupnya dari sungai ini.

Namun pada tahun 2019 indeks kualitas air sungai Citarum sebesar 33,43 poin dengan status cemar sedang menjadi 55 poin dengan status cemar ringan pada tahun 2020. Peningkatan kualitas air tersebut tidak lepas dari adanya program Citarum Harum, dimana Citarum Harum merupakan program yang sudah diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.

Penduduk di sekitarnya memanfaatkan sumberdaya perikanan di sungai ini, baik secara tradisional dengan cara memancing atau menjala, atau dengan membudidayakan ikan dalam keramba jaring apung di waduk dan bendungan yang menyebar ke wilayah Kabupaten Bandung Barat, Cianjur bahkan Purwakarta. Karena banyaknya debit air yang dialirkan ke sungai ini, maka dibangun tiga waduk (danau buatan) sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan juga untuk irigasi persawahan di sungai ini, diantaranya PLTA Saguling di wilayah hulu DAS Citarum Kabupaten Bandung Barat, PLTA Cirata di wilayah tengah perbatasan Kabupaten Bandung Barat dengan Kabupaten Purwakarta, dan PLTA Jatiluhur di wilayah hilir Kabupaten Purwakarta.

Berikut adalah video tentang Sungai Citarum Rajamandala:



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pantai Taman Manalusu Sebuah Aquarium Alami

Mata Air Sendang Geulis Kahuripan